Ilustrasi penembakan. (AP Photo/Robert Ray) |
Penembakan sekitar pukul 22.45 WIT di Jalan Yos Sudarso Wamena itu dilakukan anggota Yonif 756 Pos Napua. "Benar, mengakibatkan korban satu masyarakat meninggal di tempat," kata Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Letkol Infantri Jansen Simanjuntak, Minggu pagi, 12 Mei 2013.
Ia mengatakan kronologi penembakan berawal ketika tiga anggota TNI Yonif 756 Pos Napua hendak bermain futsal sekitar pukul 20.00 WIT. Ketiganya adalah Serda Agung, Pratu Sitanggang, dan Prada Haryono. Ketiganya turun dari pos ke arah kota memakai sepeda motor, berpakaian preman, dan tak membawa senjata.
Usai bermain futsal, ketiganya mampir di warung Wonogiri Tiga Wamena untuk membeli makanan. Di depan warung, tiba-tiba mereka dicegat oleh lima orang dalam keadaan mabuk dan meminta uang. "Karena tak dikasih terjadi perang mulut serta perkelahian. Salah satu warga mabuk itu membawa parang hendak menikam anggota," kata Simanjuntak.
Selanjutnya, kata Jansen, oknum pemalak itu kemudian mengejar Prada Haryono yang lari menyelamatkan diri ke arah BRI Sinakma dan ke kodim. "Saat itu Serda Agung menelpon Praka Simanjuntak yang berada di Pos Napua meminta bantuan. Tidak berapa lama, tujuh orang di bawah pimpinan Serda Anang Tri Prasetya turun memakai baju preman, menggunakan sepeda motor, dan membawa senjata tiga pucuk," ujar Jansen.
Sesampainya di Jalan Yos sudarso, terjadi lagi aksi kejar-kejaran antara pemabuk dan tentara. Salah satu pemalak sempat membacok anggota, tetapi tak kena. "Dalam keadaan terjepit itu, anggota membuka tembakan peringatan, tapi tak membuat yang mabuk takut. Malah mereka menyerang terus menggunakan parang," kata Jansen.
Akhirnya, karena merasa terancam, anggota menembak ke tanah. "Prada Wahyudi menembak ke tanah. Tapi karena panik, arah senjata ke korban yang langsung meninggal di tempat," kata Jansen. Usai insiden itu, ratusan warga sempat akan melakukan aksi balas dendam. "Namun sudah diarahkan agar mereka tidak anarkis."
SUMBER:TEMPO.CO,
No comments:
Post a Comment