Septi Meidoga, Ketua DPMF berorasi di depan Kampus Uncen baru (Foto: Arnold Belau/SP)
PAPUAN, Jayapura — Keluarga besar Mahasiswa
Universitas Cenderawasih (Uncen) yang tergabung dalam Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas (DPMF) meminta
Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Papua untuk membuka ruang demokrasi
di tanah Papua.
“Kami minta Polisi hentikan berbagai alasan untuk menutup ruang
demokrasi di tanah Papua, Kapolda Papua harus memberikan jaminan itu,”
ujar Ketua DPMF, Septi Meidoga, kepada
suarapapua.com, Kamis (23/5/2013).
Meidoga mengatakan, rakyat Papua menyesalkan tindakan Polda Papua
beserta jajarannya yang selalu menangkap, menembak, hingga memenjarakan
setiap aktivis yang melakukan aksi demonstrasi damai.
“Kami sebagai mahasiswa, tulang punggung masyarakat dan sebagai agen
perubahan melakukan aksi mimbar bebas ini sebagai bentuk protes kami
kepada aparat keamanan di tanah Papua,” kata Meidoga, yang juga memimpin
aksi mimbar bebas di depan Kampus Uncen Baru, Jayapura, siang tadi.
Adapun yang menjadi tuntutan BEM Uncen dan DPMF adalah, pertama,
mendesak Kapolda Papua untuk segera membuka ruang demokrasi di seluruh
tanah Papua.
Kedua, mendesak pemerintah Indonesia agar segera bebaskan seluruh
Tahanan Politik Papua dan Narapidana Politik di seluruh tanah Papua
tanpa syarat.
Ketiga
, mendesak pemerintah Indonesia agar segera
mempertanggung jawabkan semua pelanggaran HAM di seluruh tanah Papua
Barat yang dilakukan sejak tahun 1963 hingga tahun 2013.
Dan Keempat, meminta aparat TNI dan POLRI untuk
berhenti menangkap aktivis HAM dan membunuh masyarakat pribumi Papua
Barat tanpa alasan yang tidak jelas.
ARNOLD BELAU
Sum: http://suarapapua.com/
No comments:
Post a Comment