Jayapura –
Terkait tindakan aparat keamanan di Tanah Papua yang kadang bertindak
arogan terhadap kegiatan Papua merdeka, maka perlu adanya pendekatan
represif, bukan kekerasan hingga tembak mati.
Demikian disampaikan Anggota DPR RI, Diaz Gwijangge ke tabloidjubi.com,
di Jayapura, Minggu (12/5). Diaz menyesali tindakan aparat keamanan yang
menembak mati warga Papua saat perayaan kemerdekaan bangsa Papua
tanggal 1 Mei lalu di Aimas, Kabupaten Sorong, Papua Barat.“Aparat
keamanan di Papua sudah mengetahui persoalan Papua merdeka dan
persaoalan apa saja, dan demonstrasi sudah mengerti, namun dalam
Penangananan sering dibawa masalah pribadi. Seharusnya, melihat
persoalan dari sistem hukum yang berlaku, tanpa menembak mati warga
Papua,” ujar Anggota DPR RI, Diaz Gwijangge.
Diaz menilai, misalnya orang kasih naik bendera Bintang Kejora,
seharusnya di proses dan tidak melawan prosedur yang ada, kecuali
mengancam maka harus ditembak di kaki bukan di kepala. “Akan tetapi,
yang terjadi rakyat hanya kumpul-kumpul atau rapat -rapat, lansung saja
di datangi dan ditembak mati, hal ini sangat tidak manusiawi. Karena
itu, aparat stop tembak rakyat Papua,” nilainya.
Dikatakan, kalau mau menyelesaikan masalah, maka aparat sebagai
perpanjangan tangan dari pemerintah, jangan diselesaikan secara ganas
dan marah, tetapi harus mengambilndata dan dilaporkan dilaporkan secara
menyeluruh. “Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato
kenegaraan tanggal 16 Agustus 2012, telah menyampaikan penyelesaian
masalah Papua lewat pendekatan kesejahteraan dan dialogis, sehingga hal
ini harus juga direalisasikan oleh aparat keamanan dan pemerintah di
daerah,” ucap Diaz Gwijangge, yang masuk DPR – RI melalui Partai
Demokrat utusan Papua.
“Persoalan ini bukan baru kali in terjadi, tetapi dari tahun ke tahun.
Disamping itu, jika terus menembak rakyat Papua, bukan berarti
menyelesaikan masalah Papua. Jadi, bukan tembak orang lalu selesai,
justru itu menananmkan rasa nasionalisme Papua dan ketidakpercayan
rakyat terhadap pemerintah,” katanya.
Dirinya meminta, agar aparat keamanan di Papua tidak selalu panik dengan
menggelar pasukan yang begitu banyak menghadapi rakyat Papua serta
sudah seharusnya sadar dan bertindak secara baik. “Sebab, kalau demikian
terus rakyat di tembak, secara tidak lansung berarti terjadi pembunuhan
sistematis dan mengakibatkan devopopulasi atau pengurangan etnis secara
perlahan, hal ini jangan terjadi lagi,” tuturnya.
Ditambahkan, jika di lihat dari berbagai peristiwa yang terjadi, rakyat
Papua tidak pernah melawan atau balas dendam, sehingga pemerintah
seharusnya malu. “Jumlah penduduk orang Papua tidak pernah baik, ini
berarti kelihatan dan tidak kelihatann telah terjadi devopopulasi atau
pengurangan penduduk, sebabnya dalam berbagai alasan apapun tidak
dibenarkan menembak rakyat,” tandasnya. (Jubi/Eveerth)
Sumber : www.tabloidjubi.com
Sumber : www.tabloidjubi.com
No comments:
Post a Comment