Dalam selebaran yang dibagikan ke masyarakat oleh pemuda dan mahasiswa terebut, menceritakan pada tahun 1978, group Mambesak mulai bergelora dalam aktivitas pentas budaya melalui seni tari, seni ukir serta memainkan syair musik dari lirik lagu yang mengungkapkan tentang pola struktur, tatanan dan peradaban orang Papua.
Gerakan Mambesak pada waktu itu menjadi inspirasi bagi tiap daerah di Papua hingga mampu menampilkan budaya mereka sebagai perekat utama demi menegakan identitas sebuah bangsa yang benar-benar berdaulat.
Arnold C. Ap bersama teman-teman groupnya cukup mewujudkan semua kreatifitas yang dimiliki hanya untuk mengangkat dan mempertahankan budaya orang Papua di masa penindasan yang sangat militeristik. Mereka berhasil melatakan landasan budaya melalui semangat Mambesak yang cukup membara hingga ke pelosok tanah Papua. Memang group Mambesak yang didirikannya sudah tiada lagi, tetapi semangat ekspresi budayanya mash terus membara dan dikembangkan oleh group-group Mambesak dan budayawan Papua saat ini.
Momentum kepergian jasa para pahlawan gerakan Mambesak seharusnya menjadi momentum bagi orang Papua untuk diperingati sebagai hari kebesaran budaya Mambesak. Istana Mambesak (sekarang museum Uncen) juga diperkenalkan sebagai pendokumentasian sejarah perjuangan dimana tempat mereka memulai memajukan gerakan Mambesak awal hingga berakhir dilenyapkan.
Mereka disiksa, ditembak dan ditenggelamkan. Beberapa hari kemudian tubuhnya ditemukan terapung tak bernyawa di pantai Base’G Jayapura. Begitu pula nasib tokoh budayawan Papua, Arnold C. Ap bersama rekan Steven Mofu mengakihri karir mereka di tengah-tengah deburan ombak pantai pasir VI dan terbaring dalam kesunyian yang abadi. Dimasa yang bersamaan juga anggota group Mambesak semua mulai pulang ke daerah masing-masing dan tidak menampilkan gerakan mambesaknya lagi karena mereka terus diburu rezim penguasa saat itu.
Nathan Tebay, salah satu mahasiswa Uncen kepada tabloidjubi.com, Jumat (26/4) mengatakan, mahasiswa akan longmarch dari perumnas III Waena ke Abepura kemudian finish di makam Arnold C. AP. Setelah itu, mereka akan balik lalu kumpul di Museum Uncen di Padangbulan, Abepura, Kota Jayapura untuk membakar lilin. “Minimal jam tujuh malam begitu kami sudah balik dan bakar lilin di Museum Uncen, Abepura,” tuturnya. Pembakaran lilin dilakukan untuk mengenang kepergian tokoh budayawan Papua ini. (Jubi/Roberth Wanggai)
http://tabloidjubi.com/
No comments:
Post a Comment