<div style='background-color: none transparent;'></div>
Home » » Refleksi; Bersatu Kita Kuat, Bercerai Kita Lemah!

Refleksi; Bersatu Kita Kuat, Bercerai Kita Lemah!

Gambar Ilustrasi
Oleh Tim Diskusi Papua Satu *
Persatuan secara sederhana diartikan sebagai bersatunya bagian-bagian kecil menjadi kesatuan besar, atau meleburnya beberapa bagian menjadi satu kesatuan.
Dalam hal ini, sejarah telah membuktikan, bahwa dengan adanya persatuan, hal-hal yang dahsyat, yang dianggap orang mustahil terjadi, dapat terjadi, hanya karena adanya persatuan.
Namun, di dalam tulisan ini, penulis hanya ingin menyoroti masalah persatuan di dalam organisasi perjuangan dalam menentang ketidakadilan penguasa, sebagai bahan refleksi semua pihak yang membutuhkannya. 
Membentuk persatuan menjadi suatu kekuatan yang kuat dengan memiliki peranan  masing-masing di setiap lini sama seperti dalam suatu tim sepak bola (dari kiper sampai ke striker) saling bekerja sama dalam usaha mencapai kemenangan dengan penuh disiplin dan saling bekerjasama satu lini dengan lini yang lain.
Tujuan Organisasi Perjuangan
Organisasi memunyai tujuan tertentu. Pada organisasi perjuangan pada umumnya, tujuannya selalu seragam, yakni terciptanya sebuah suasana, dimana ketidak adilan, kekuasaan yang sewenang-wenang, penjajahan, atau apapun itu yang merugikan pihak yang berjuang tersebut lenyap dari hidup mereka yang berjuang.
Banyaknya organisasi perlawanan, apalagi dengan perbedaan cara organisasi organisasi tersebut  untuk mencapai titik akhir perjuangan, tentunya adalah sebuah kesalahan fatal.
Coba lihat sapu lidi. Ia terdiri dari lidi-lidi, yang bila tercerai berai tak akan berarti apa-apa untuk menyapu kotoran. Bila ia disatukan, dan dibuatkan tangkai, maka dengan tangkai sapu tersebut, ia akan mampu menyapu bersih segala kotoran.
Semua organisasi perjuangan pasti memunyai satu tujuan, yakni mengakhiri penindasan,  penjajahan, dan berbagai macam diskriminasi lainnya terhadap mereka. Untuk mencapai itu, tidak efisien bila ada banyak organisasi perjuangan.
Apakah semua organisasi perjuangan harus dibubarkan untuk masuk ke dalam satu garis komando? Tidak perlu dibubarkan. Yang di butuhkan adalah difusi. Penyatuan massa, struktur kepemimpinan, dan penyatuan cara kerja menuju tujuan akhir.
Organisasi awal tetap ada, tetapi alangkah baiknya bila ia lebih rendah kedudukannya dari organisasi gabungan tersebut.
Intinya, untuk bersatu, semua organisasi tidak boleh terpecah belah. Semua harus bergabung  ke dalam sebuah media gabungan yang didirikan bersama, di luar daripada semua organisasi yang ada, sebagai organisasi gabungan dari semua organisasi perjuangan yang ada. Penyatuan  atau pengolaborasian organisasi dalam satu gabungan wadah adalah kunci pertama menuju persatuan.
Mengenai Organisasi Perjuangan 
Pertama, dalam sebuah gabungan organisasi perjuangan hendaknya di bagi menjadi 3 bagian utama, yang terpisah, namun saling berhubungan.  Ketiganya itu adalah; Pertama, adalah mereka yang mengurus organisasi. Kedua, adalah organisasi bayangan, ketiga.
Tujuannya, bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan (penangkapan, pembunuhan, dll) pada pengurus organisasi ada pengurus organisasi lapisan kedua untuk mengurusnya. Begitu juga seterusnya, selalu harus ada tim banyangan di belakang pengurus organisasi utama.
Di sini, penting untuk memiliki tim kaderisasi. Dari antara rakyat yang tertindas, perlu di pilih orang-orang yang berpotensi dan digembleng, sehingga Sementara rakyat yang tertindas adalah unsur vital. Tanpa dukungan mereka, organisasi perjuangan tidak berarti apa-apa.
Organisasi perjuangan di satu sisi harus menjadi organisasi representasi dari aspirasi rakyat yang tertindas.  Di lain pihak, organisasi perjuangan juga harus dapat memberi pendidikan politik, agar mereka semakin paham, betapa hak mereka dirampas, betapa hak mereka diperkosa penguasa.
Arah, Tujuan, Saluran dan Sikap Dasar Perjuangan
Pertama, arah perjuangan harus diperjelas dan harus diketahui oleh segenap rakyat yang tertindas, suara mereka yang diwakilinya itu. Kedua, Tujuan perjuanga harus jelas, dan harus diketahui oleh berbagai kalangan, terutama rakyat yang tertindas.
Ketiga, saluran atau cara perjuangan yang diambil dalam berjuang harus ditetapkan. Cara itu bersifat dasar, sebagai pedoman. Pada proses selanjutnya dalam perjuangan, organisasi tidak harus fokus pada saluran dan sikap dasar perjuangannya agar perjuangan yang ditetapkan terus berlanjut.
Pertanyaannya adalah, mengapa rakyat yang tertindas harus mengetahui arah, tujuan, cara atau saluran, dan sikap dasar perjuangan? Agar rakyat yang tertindas tidak bingung, tetapi mempercayai, dan lain-lain. Dengan mengetahui arah, tujuan, saluran, dan sikap dasar organisasi, rakyat akan semakin percaya, dan menjadi padu dalam satu barisan komando.
Persatuan: Satu Garis Komando
Pertama-tama adalah persatuan. Itu kunci. Dengan adanya persatuan antara manusia-manusia pejuang yang memperjuangkan hak rakyat yang tertindas, juga persatuan organisasi perjuangan dalam satu wadah persatuan baru, di luar semua organisasi yang ada.
Kedua, membentuk satu garis komando, dengan pemimpin tunggal dan pengurus di bawahnya. Tetapi ingat, selalu harus ada tim bayangan, tim lapisan kedua, dan anggota pengkaderan yang selalu siap menggantikan mereka yang berada di posisi terdepan, bila diperlukan. Semua rakyat yang tertindas, dan para pejuang harus berada pada satu garis komando, tetap mendengarkan pemimpinnya, dan tidak terprovokasi.
Provokasi dan Politik Muka Topeng
Sejarah telah membuktikan, bahwa senjata paling ampuh bagi penguasa untuk menghancurkan kebangkitan kaum yang tertindas, adalah menerapkan politik adu domba.
Para provokator bukan tidak mungkin akan masuk menyusup ke dalam organisasi gabungan, untuk menggagalkan persatuan yang dibangun.
Karena pada dasarnya, persatuan seperti itu adalah awal mimpi buruk mereka, para penguasa. Untuk menyikapi ini, yang diperlukan adalah kejelian. Merupakan tugas tim pengamat dan tim pemikir, bagaimana menyelidiki gerak-gerik anggotanya.
Organisasi gabungan harus berani menindak tegas anggotanya yang pro penguasa, agar perjuangan jalan terus. Yang dimaksud politik muka topeng, adalah segala macam ‘gula-gula’ yang diberikan oleh penguasa, untuk mencoba melunakkan radikalisme pejuang, juga untuk mencoba memengaruhi pejuang.
Praktek dari politik ini, adalah dimana penguasa akan memberi sesuatu yang kelihatan enak dan menjanjikan, namun jangan tergiur, karena hal itu bukan karena kebaikan penguasa, melainkan sebuah strategi untuk membuat jeda panjang perjuangan, atau membuat para pemimpin radikal lainnya menurun intensitas perlawanannya, dengan macam-macam cara mereka.
Yang jelas, segala  bentuk pendekatan oleh penguasa (ingat: segalanya) adalah pasti memunyai tujuan untuk menggagalkan, dan bertujuan untuk menggagalkan persatuan menuju tujuan dari kaum yang tertindas.
Bersatu Kita Kuat, Berpisah Kita Lemah!
Akhirnya, kaum yang tertindas harus menyadari bahwa mereka memang ditindas. Mereka harus keluar dari kepertindasan itu, karena itu hak mereka sebagai sekelompok manusia bebas. Bagaimana perjuangannya agar mencapai kemerdekaan yang dicita-citakan?
Pertama, adalah difusi, atau peleburan semua organisasi perjuangan dalam satu wadah baru, yang adalah gabungan seluruh organisasi perjuangan. Kedua, perlu ada pengurus organisasi berlapis dua, bila perlu lebih, untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Ketika rakyat yang tertindas sadar bahwa mereka sedang dijajah, ketika rakyat yang tertindas menyadari bahwa mereka akan binasa dan dibawa menuju jurang kehancuruan, ketika rakyat yang tertindas memahami bahwa persatuan adalah kunci menuju pencapaian tujuan, dan bersatu dalam satu wadah ketika rakyat yang tertindas bangkit dan menyatakan kebulatan tekad untuk melawan, tak ada satu kekuatan pun yang kan mampu membendung revolusi mereka.
Akhirnya, yang menjadi Pekerjaan Rumah (PR) organisasi perjuangan sebenarnya adalah: (1), Bagaimana menyadarkan rakyat yang tertindas, bahwa mereka dijajah, dan sedang digiring menuju juruang kehancuran; (2), menyadarkan rakyat yang terjajah agar menyadari mereka dijajah.
Berikut, (3) Menjadi wadah dimana rakyat yang terjajah berkumpul menjadi satu kekuatan untuk menentang dan menggulingkan sang penguasa (perlu diketahui, agar tidak terjadi pecah-belah, organisasi perjuangan harus melebur menjadi satu). (4) dan memimpin rakyat, bersama rakyat yang tertindas, melawan penguasa.
Sadar, bersatu, dan lawan.  Ingat  kata-kata indah dari para pendahulu: “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh dan binasa! Rapatkan barisan perlawanan.***
Tim diskusi tinggal di Yogyakarta*)
Share this article :

No comments:

 
Copyright © 2011. Tuan Tanah Papua News . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger