Jayapura, 13/5 (Jubi) – Siapa yang tidak mengenal Mambesak, grup musik kebanggan orang Papua era pemerintahan presiden Soeharto? Arnold Ap adalah pendiri Mambesak.
Dalam kesempatan beberapa waktu lalu di Jayapura, tabloidjubi.com menemui Yunus Wayar, teman dekat almarhum Arnold Ap. Yunus mengatakan, orang Papua harus meneruskan perjuangannya dan melestarikan budaya Papua, seturut pesan Arnold kepada dia.
“Ia (Arnold Ap) datang ke rumah. Pesan-pesan terakhirnya, teruskan perjuangan ini,” kata Yunus Wayar.
Menurut Yunus, Arnold Ap adalah seorang budayawan dan intelek Papua yang sangat mencintai budayanya. Karena itu, ia mendirikan grup musik dengan nama Mambesak. Mambesak berasal dari bahasa Biak yang berarti Cenderawasih. Ia menerjemahkan lagu-lagunya ke dalam 250 bahasa di Papua kala itu. Bahkan mereka sering show keliling Papua.
“Kalau bawakan lagu-lagu, dia santai saja, dengan ukulele, dia bayangkan suasana kampung, bulan terang. Mereka santai. Tidak usah terlalu formal. Ala kampung saja,” kenang Yunus.
Mereka pernah rekam di museum, Lokabudaya, dengan suasana ala kampung, volume IV. Bahkan pesan-pesannya bergaung hingga ke Eropa, seperti Belanda.
Mambesak didirikan dengan latar belakang, bahwa budaya Papua saat itu nyaris tenggelam dan tidak diangkat ke publik. Bahasanya tidak mengandung politik. Itu lagu-lagu kampung yang mengenang masa-masa dulu, dimana anak muda yang merantau.
“Tidak semua mengandung politik. Ada lagu bahasa Biak, itu lagu mengenang masa merantau. Tapi ada yang selalu menerjemahkan ke dalam politik. Tetapi ada judul lagu dari bahasa Mor, ‘Nona Wakulabuwa’, yang artinya ‘Itu Saya Punya Tanah’,” kata Yunus. Semasa dia, di Universitas Cenderawasih diadakan program khusus ‘Gema Universitas’. Acara itu disenangi seluruh masyarakat di tanah Papua.
Menurut Yunus, tidak benar jika orang mencuriga upaya Arnold untuk mengkampanyekan Papua Merdeka. Lagu-lagunya malah lagu-lagu budaya. “Saya bertemu dia, dia lagu kirim ke Jerman. Mungkin karena itu, orang beranggapan, ah ini kampanye. Padahal ini budaya yang orang dengar,” tegas Yunus.
Arnold Ap tewas ditembak pada 26 April 1984. “Kurang lebih 30 tahun ia meninggal. “Belum ada figur seperti dia. Dia itu orang yang mencintai tanah ini. Makanya ia mengangkat budaya tanah ini. Budi bahasanya baik, bicara tidak kasar,” katanya. (Jubi/Timoteus Marten)
No comments:
Post a Comment