Pendekatan Persuasif Pangdam XII
Cendrawasih Cristian Zebua dan Polda Papua Tito Karnavian melalui tokoh
Agama dan tokoh Adat adalah uapaya untuk menyucikan citra buruk
institusi militer NKRI di mata rakyat West Papua dan dunia
Internasional. Amnesty Internasional menyoroti pemerintahan SBY terhadap
kinerya militer dalam penegakan hukum di Papua Barat. Militer NKRI di
West Papua pro-aktif melakukan tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Tindakan yang sangat merendahkan martabat manusia Papua, meninggalkan
sebuah luka batin,( Memory Passionis).
Tindakan represif institusi militer
TNI-Polri yang tidak menghargai harkat dan martabat manusia West Papua
sebagai ciptaan Tuhan adalah suatu tindakan pelanggaran secara sewenang –
wenang terhadap kemanusiaan di West Papua.
Damai dan Kasih Itu Indah demikian
sepenggal kalimat Militer Indonesia. Slogan itu di sosialisasikan
melalui deretan spanduk hampir seantero tanah Papua. Penggalan kalimat
itu muncul para pemikir Indonesia berputar otak, untuk mengutak atik
Papua.
Namun pemikiran itu muncul atas
pengalaman inderawi para pemikir, bukan berdasar aspirasi rakyat Papua.
Akhirnya apa? Para pemikir Indonesia membentangkan visi dan misi kepada
rakyat Papua. Rupanya militer Indonesia harus membayar setumpuk
pengalaman buruk terdahulu. Di balik slogan omong kosong ini banyak
pembunuhan, pembataian, pemerkosaan, intimidasi, terror dan sejenisnya.
Bukti kejahatan @1: Operasi Koteka di
Wamena, penculikan sejumlah orang di Puai Sentani, pemerkosaan terhadap
sejumlah perempuan di Mapenduma sebagaimana diungkapkan tim pencari
fakta tahun 1998. Dan banyak lain lagi.
Bukti kejahatan @2: TNI dari 753
Nabire melakukan penembakan terhadap warga sipil atas nama Wendiman
Wonda di kampung Moul, kelurahan Yambi, kab. Puncak Jaya Papua.
Adalah satu contoh kejahatan Negara NKRI melalui Aparat Keamanan
TNI-Polri terhadap Orang Asli Papua di seluruh Tanah Papua. Hal ini
dapat dilihat dari fakta realita rekayasa TNI-Polri yang menembak mati
warga sipil dengan dalih menembak Anggota TPN-OPM. (Admin WPNLA 2013-http://www.wpnla.net/tni-tembak-warga-sivil-di-puncak-jaya-dengan-dalih-tembak-tpn-opm.html)
Sikap TNI-Polri yang sangat arogan dan
tidak manusiawi tidak mengedepankan kasih dan damai terhadap rakyat dan
bangsa Papua Barat adalah sebuah luka batin yang tidak ada obatnya.
Sebagai obat (versi NKRI) Jakarta memberikan otsus, 13 tahun
jalannya otsus rakyat Papua mengatakan otsus gagal total. Upaya
berikutnya, Jakarta merupa status DOM menjadi UP4B yang artinya “Untuk
Percepatan Pembunuhan Pembantaian Pereputan dan Pendudukan Papua Barat”
yang di ketuai Bambang Darmono.
Versi pemerintah Jakarta (NKRI) Otsus
dan UP4B sebagai obat penurun panas, versi emudai bahwa otsus dan UP4B
adalah Militerisasi Non Organik Jilid II. Pemberlakuan Trikora 1963
bukan hanya mengirim militer organik, tapi juga militer non organik.
Pengiriman petugas sosial dan kemanusiaan dari luar Papua adalah suatu
paket kebijakan Trikora 1963.
Kemudian masyarakat non organik (sipil
Indonesia) melakukan operasi terselubung. Misalnya merampas harga diri
dan identitas orang Papua. Maka itu gerakan dekonstruksi sejarah tentang
kebenaran politik di mulai sejak Konggres Papua II tahun 2000 hingga
sekarang. Tapi gerakan demikian menyadarkan pemerintah Indonesia untuk
semakin memperkuat militer non organiknya.
Pemerintah mencoba melalui implementasi
Otsus dan UP4B. pemerintah indonesi bukan hanya mengirim uang Otsus,
tapi juga mengirim masyarakat Indonesia dalam jumlah besar ke Papua. Ada
yang bekerja sebagai wanita penghibur di lokalisasi, menjadi pengojek,
menjadi pedagang, membawa miras, diperkerjakan di birokrasi (terutama
wilayah pemekaran), dikirim sebagai Hamba Tuhan atau petugas Gereja,
dikirim sebagai petugas kesehatan dan juga guru di Sekolah–Sekolah.
Cara-cara ini adalah gerakan militerisasi non organik pasca militerisasi
jilid II.
Militerisasi jilid II makin intensif
melalui pelaksanaan Otsus dan pemekaran kabupaten. Lebih para lagi
adalah militer non organik dalam konteks otsus adalah bukan hanya amber
tapi juga orang Papua. Orang Papua dijadikan sebagai militer non
organik. Dengan sadar orang Papua terlibat sebagai militer non organik.
Orang Papua menjadi informan militer dan
polisi sebagai anggota militer non organik. Jaringan militer non
organik sudah mendominasi dari masyarakat grass root sampai
masyarakat elite, mulai dari tingkat masyarakat tak berpendidikan sampai
kaum terdidik. Semua level, orang Papua di pakai sebagai informan bagi
negara dan militer Indonesia. Hal ini terpaksa memenuhi kebutuhan
ekonomi, tapi juga dengan sadar dan sengaja melibatkan diri dalam
militerisasi non organik Indonesia.
Militerisasi non organik sangat sadis
ketimbang militer organik. Militer non organik menyamar di antara sesama
orang Papua, sehingga sulit dikenali langsung. Tapi mereka menjalankan
misi Indonesia, sehingga sebelumnya dilati untuk mempertahankan Papua
sebagai bagian dari Indonesia. Negara menerapkan intelijenisasi
(securitisasi) melalui pengiriman dan penguatan militer non organik.
Beberapa indikator militerisasi di Papua untuk menekan demokrasi bagi
orang Papua, misalnya action milisi Barisan Merah Puti (BMP) di Papua.
Aktor Utama dalam Pembentukan Milisi Barisan Merah Putih di Papua adalah “Mayjen Burhanuddin Siagian”, DANDREM
Jayapura. Pembentukan Milisi Barisan Merah Putih serta Deklarasinya
telah updated dan dapat diberitakan dalam media massa di Jayapura,
Papua.
Mendahului laporan ini kami dapat
menjelaskan adanya indikasi kuat Milisi Barisan Merah Putih di Papua,
yang mana telah dan sedang beraksi dengan menteror Activist Papua
Merdeka. Hal ini terbukti dari Pembentukan Milisi Barisan Merah Putih
oleh PANGDAM XVII Cenderawasih pada tanggal 6 Juli tahun 2007, di
Auditorium KOREM 1702 di Jayapura, Papua.
Untuk membuktikannya, silahkan buka
kembali archive liputan Cenderawasih Pos tanggal 7 Juli tahun 2007.
Disana sangat jelas diberitakan tentang Milisi Barisan Merah Putih
dengan missi Actions-nya.
Berita terkait, telah di updated juga pada Media cetak local (Cenderawasih Pos tanggal 12 Mei 2007), sebelum Deklarasi forum Barisan Merah Putih di Jayapura, Papua.
Selanjutnya, pada tanggal 15 Juli 2007
bentuk Milisi Barisan Merah Putih di Biak, Papua. Selanjutnya lagi, pada
tanggal 19 Juli 2007 bentuk Milisi Barisan Merah Putih di Keerom,
Papua. http://www.malanesia.com/2013/02/milisi-barisan-merah-putih-beraksi-di.html Sumber: Admin WPNLA 2013
Pada rabu, 12 Desember 2012, gereja-gereja di Papua menyatakan bahwa Gereja–Gereja Dukung Kapolda Tegakkan Supremasi Hukum.
Pimpinan
Gereja-Gereja di Papua menyatakan mendukung sepenuhnya upaya-upaya
yang dilakukan Kapolda Papua Irjen (Pol) Drs.M. Tito Karnavian, MA
untuk menegakan supremasi hukum, terutama tindakan hukum terhadap
para pelaku kekerasan, korupsi, minuman keras (miras) dan lain-lain.
Dukungan penegakan supremasi hukum tersebut diungkapkan Kapolda Papua Irjen (Pol) Drs.M. Tito Karnavian, MA usai pertemuan bersama pemimpin Gereja Gereja di Papua di ruang kerja Kapolda, Rabu (12/12) siang.
Dukungan penegakan supremasi hukum tersebut diungkapkan Kapolda Papua Irjen (Pol) Drs.M. Tito Karnavian, MA usai pertemuan bersama pemimpin Gereja Gereja di Papua di ruang kerja Kapolda, Rabu (12/12) siang.
Gereja yang menyatakan mendukung TNI-Polri adalah :
2) Ketua Umum Persekutuan Gereja Gereja di Papua (PGGP) Pdt.Herman Saud,
3) Ketua Persekutuan Gereja-Gereja di Tanah Papua (PGGP) Pdt. Lipius Biniluk, S.Th,
4) Sekretaris PGGP, James Wambrauw yang juga Dosen Teologi STTN,
5) Bendahara PGGP Kalam Kudus Edy Pratama,
6) Ketua GKII Karel Maniani dan Wiem Maury.
Pada tahun 2012 Pangdam dan Polda
melakukan pendekatan sosial bakti dengan melipatkan atau melaui tokoh
Agama dan Adat di seluruh tanah air Papua Barat.
Pada 19 November 2012, kapolres Jayapura
dan Robert Djoenso wakil Bupati Jayapura melakukan acara makan bersama
dengan masyarakat Tolikara di gereja GIDI Sion Sentani. Dalam acara
tersebut Kapolres Jayapura memberikan mandate penuh kepada warga gereja,
terutama gereja injili di Indonesia GIDI Jemaat Sion jln. Matoa pasar
lama sentani.
Tujuannya, jika terdapat warga sipil
yang mencurigakan maka Manase Kogoya dan anggotanya mempunyai kewenangan
untuk menembak dan menangkap orang – orang yang dicurigai dan di bawa
ke polisi. (yang di maksud orang – orang yang dicurigai disini ialah
Aktivist Papua merdeka, TPN-OPM, dan warga Papua yang ikut serta dalam
perjuangan).
Dalam acara natal Jemaat GIDI Sion pada
19 November 2012, Kapolres Jayapura dan wakil Bupati Jayapura, yang
hadir disini mereka membentuk satu sayap gerakan militer dari Barisan
Merah Puti (BMP).
Manase Kogoya di tunjuk menjadi ketua
BMP di Jemaat Sion oleh kapolres Jayapura, Weinus Kogoya dan Lekis Jikwa
anggota. Tujuannya jika ada hamba Tuhan yang berdoa untuk Papua Merdeka
dari gereja tersebut atau ada anggota jemaat yang dicurigakan,
berseperangan ideology dengan NKRI maka mereka akan memberikan laporan
ke polres Jayapura atau polda untuk di exekusi.
Selain melantik ketua BMP di jemaat
tersebut, kapolres juga memberikan sejumlah bantuan kepada gereja
tersebut, di antaranya uang sebesar Rp. 5.000,0000;- (lima juta rupiah)
satu buah mesin babat rumput, masukan timbunan di halaman gereja, 5 buah
gitar, 1 buah bolah voli, 1 buah net, 1 buah penggerak suara, dan 1
buah tonk sampa dorong, kostum serta sejumlah sembako.
Para sumber data berasal dari lapisan elemen masyarakat (Jemaat GIDI Sion) mereka menjelaskan “Saya
sejak di tunjuk menjadi ketua BMP di Gereja Sion, tidak tidur baik.
Jemaat selalu waspada, kami setiap jam 12.00 malam di panggil mengikuti
jalan mereka (Densus 88) kami di panggil untuk mengikuti pelatihan
system densus 88. Sekarang situasi darurat, militer meraya lela di
seluruh tanah Papua, Manase Kogoya, Weinus Kogoya dan Lekis Jikwa
mempunyai network langsung dengan Densus 88” . ungkap salah seorang saksi yang meniru kesaksian Manase Kogoya pada minggu 1 April 2013 di jemaat Sion lalu.
Pendekatan melalui Agama tidak hanya di
Gereja GIDI Sion, melainkan juga di beberapa gereja GIDI lain. Misalnya
dalam acara penutupan sidang klasis SEN-JA (Sentani-Jayapura) Kab.
Jayapura tahun 2012 di lapangan Daponsolo, (Kapolres Jayapura)
membagikan sejumlah sembako dan uang kepada pimpinan gereja GIDI klasis
SENJA.
Kapolda juga memberikan bantuan uang
kepada salah satu gereja GIDI di Waena. Barapen bersama masyarakat
pegunungan tengah di Dok IX Jayapura. Memberikan bantuan kepada sejumlah
klasis di Wamena, Yahukimo, Merauke dan di Papua lain. Dalam
pendekatan sosial bakti Pangdam dan Polda tentu saja membentuk gerakan
sayap BMP di setiap tempat mereka kunjungi. (Lihat Contoh : di gereja
GIDI Sion)
Pada tanggal 28-30 Februari 2013, Pdt,
Hengki Felle S.Th, M.A, mantan wakil ketua Sinode GIDI, gembala
Jemaat Elkibor Kehiran Sentani, bekerjasama dengan TNI-Polri naik ke
Puncak Jaya tujuannya gereja membantu TNI-Polri untuk membantu mengejar
Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB) di Puncak Jaya dan
Puncak.
TNI–Polri memakai gereja untuk membunuh
umat Tuhan di Kab. Puncak dan Puncak Jaya, karena daerah tersebut
merupakan mayoritas gereje GIDI maka untuk kepentingan pendekatan kepada
warga gereja yang mengetahui medan, TNI-Polri memaki pimpinan gereja
GIDI untuk membunuh dombanya sendiri.
Denis Felle, anaknya pdt Hengki Felle,
menjadi ketua LMR–RI, untuk wilayah Kehiran. Lembaga ini di bentuk pada
awal Februari 2013. Gerakan missi lembaga tersebut sama seperti BMP.
Pdt, Lenis Kogoya S.Th, M.Hum, ketua
Lembaga Masyarakat Adat, lembaga ini mempunyai network dengan institusi
TNI-Polri. Lembaga yang diketuai oleh seorang pdt Lenis Kogoya kerja
mereka sama seperti milisi Barisan Merah Putih.
Salah seorang sumber data mengatakan
“Dalam pertemuan Gereja–Gereja di Papua belum lama ini menyoroti
kridebilitas Gereja yang menyimpang dari Amanat Yesus (Baca :Injil
Yohanes 10 : 1-19.) terutama gereja GIDI, GKII, Katolik, GKI dan
lain-lain.
Lapangan Theys di Sentani adalah
lapangan yang biasanya digunakan oleh bangsa Papua Barat pada setiap
momen 1 Desember. Rakyat Bangsa Papua Barat memperingati sebagai hari
jadinya embrio bangsa Papua yang jatuh pada 1 Desember 1961 hari
bersejarah itu, dan hari ke Papuaan lainnya di lapangan tersebut. Namun,
momen 1 Desember 2012 lapangan tersebut berupa menjadi lapangan
militer TNI-Polri.
TNI-Polri memfasilitasi BMP, barapen di
lapangan tersebut. Dari pantauan Aktivist Papua Merdeka, di lapangan –
di depan tokoh sepanjang jalan Sentani – Kemiri di padati truk
TNI-Polri. Sumber data dari seorang warga mengatakan bahwa orang Papua
yang masuk ikut acara militer di lapangan itu bisa hitung dengan jari,
hanya TNI-Polri yang mayoritas, ini acaranya TNI-Polri. Jelasnya, dengan
nadah kesal.
Masih menurut saksi, dalam acara 1
Desember 2012 di lapangan Theys H. Eluay, TNI-Polri membeli sejumlah
ekor babi. Sebelum babi-babi itu di bunuh, disuntik lebih duluh.
Satu minggu sebelum itu kapolres
Jayapura melakukan pertemuan darurat dengan sejumlah ketua RT di Kab.
Jayapura. Salah satunya, pertemuan dengan ketua RT Pos 7, NW. Dalam
pertemuan ini Kapolres bersama para ketua RT dan pimpinan BMP menghasut
warga yang siap ikut memperingati momen 1 Desember bersama orang Papua
yang pro–Merdeka. Mereka juga mengajak warga untuk memperingati 1
Desember bersama TNI-Polri.
Pada momen 1 Desember 2012 BMP, para
ketua RT yang di fasilitasi TNI-Polri melakukan barapen di beberapa
tempat. Mereka pusatkan di beberapa titik misalnya di Lapangan Theys
Sentani, Sahabat Yosua di pos 7 Sentani, Anggasa Jayapura dan beberapa
tempat lain.
Berikut adalah fakta nyata TNI-Polri
menyuci nama baiknya di mata rakyat Papua Barat dengan memberikan
bantuan kepada masyarakat melalu pesta bakar batu:
Kapolsek
Jayapura Utara AKP KR Sawaki, SE yang mewakili Kapolres Jayapura Kota
AKBP Alfred Papare, SIK menyampaikan acara bakar batu ini untuk menjalin
kemitraan antara Polri dan masyarakat.
Karenanya, menurut Kapolsek, acara bakar
batu ini merupakan program Kapolda Papua untuk seluruh elemen
masyarakat, agar saling mengasihi, menyakini dan berbagi rasa dalam
suasana penuh damai. ”Tak boleh ada lagi tetesan darah dan air mata,
supaya tidak ada lagi dusta diantara kita, demi kepentingan damai dan
aman di Kota Jayapura,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bagian Sumber Daya
Manusia Polres Jayapura Kota Kompol Terry Levin mewakili Kapolres
Jayapura Kota menyampaikan, menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru,
pihaknya menggelar acara bakar batu sebagai tanda suka cita bersama
masyarakat. ”Bila ada persoalan kita utamakan penyelesaian adat, namun
apabila ada anak adat yang tidak tahu adat, maka Kepala Suku serahkan
kepada Polisi tanpa main hakim sendiri,” tukas dia.
Lanny
Jaya: Natal Gabungan TNI-Polri, Pemda dan masyarakat Lanny Jaya di
Halaman Kantor Distrik Pirime, Kamis (20/12/12) Wakapolda Papua
Brigjen Pol. Drs. Paulus Waterpauw ketika perayaan Natal Gabungan
TNI-Polri, Pemerintan Daerah di Lanny Jaya dan seribuan warga di
Halaman Kantor Distrik Pirime, Kamis (20/12/12) lalu.
Katanya, pihaknya mengharapkan,
masyarakat tak terus berangan- angan namun menerima apa yang ada saat
ini serta tak lagi ikut melakukan aksi yang akan meresahkan masyarakat
lainnya, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu.
Sosial bakti TNI-Polri lainnya di
salurkan melalui LMR-RI. LMR-RI yang di back up Pangdam dan Polda,
adalah sebuah gerakan militer non organik yang didirikan pada awal
Februari 2013. Photo–photo kegiatan LMR-RI dapat di lihat dalam
terbitan media Cendrawasih Pos pada halaman 16, terbitan pada
pertengahan Februari – Maret 2013.
Pembersihan jalan di Pasar lama sentani
dan seluruh kota Jayapura adalah suatu pekerjaan yang sifatnya mencari
simpati rakyat yang sudah tidak ada kepercayaan lagi kepada para
institusi militer NKRI, di tanah Papua. Untuk memulikan nama baik
mereka, para militer telah berupaya untuk melakukan berbagai macam
kegiatan sosial bakti melalui tokoh Agama dan Adat di seluruh tanah
Papua.
Pada 19 November 2012, saat ibadah HUT
KNPB ke–IV di Aula STAKIN, tamu tak di undang pun turut hadir, mereka
adalah gabungan TNI-Polri dan wakil Bupati Jayapura. Mereka hadir
dengan maksud untuk menangkap sejumlah activist KNPB yang sedang
beribadah, namun hal itu tidak terjadi. Usai ibadah, salah satu anggota
polisi dari polres Jayapura berkata kepada salah satu pdt OPM bahwa Bapak pdt di jemaat mana? Boleh kami datang untuk mengikuti ibadah bersama?
Kabeim-(teman) saya menolak
tawaran itu, saya tidak mau ada serigala di antara domba, apalagi
membawa masuk serigala ke tengah-tengah domba, nanti serigala gigit
domba. Kalau kabeim ini seperti pdt lain bisa menerima tawaran itu.
Pada pertengahan Februari 2013, anggota
Kopasus yang bermarkas di depan yonif 751 samping gereja Silo menawarkan
untuk memberikan sejumah uang kepada saya namun, saya menolak!
Sambungnya.
Indikasi kuat bahwa ada upaya
Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui TNI-Polri
di Papua untuk merendam isu Papua Merdeka yang kini sudah kristal dan
mendunia, dengan jalan memberikan uang, sembako dan kebutuhan sosial
lainnya. Pangdam dan Polda mencari orang – orang yang berpengaru di
masyarakat, terutama para pimpinan gereja. Di Papua ada gereja yang
bekerja sama dengan TNI-Polri, ada yang tidak!
Untuk itu kami memberitahukan kepada
seluruh Umat Tuhan Bangsa Papua di seluruh tanah air Papua Barat bahwa
Jangan menerima kunjungan Pangdam dan Polda sebab kunjungan mereka
bukan kunjungan kemanusiaan melainkan kunjungan penembakan, penyebakan,
penghasutan, kunjungan yang tidak menghargai martabat manusia.
Warning!
Pertama, Kepada Pangdam XII Cendrawasih, Kristian Sebua dan Polda Papua, Tito Karnavian
Segera hentikan pendekatan sosial bakti
melalui tokoh Agama dan tokoh Adat. Perlu ingat bahwa yang di
persoalkan, oleh Bangsa Papua adalah barang-barang yang disembunyikan
melalui invasi militer pada 1963-1969.
Yang dipersoalkan, bukanlah persoalan
makan dan minum. Bukan pula persoalan Pendidikan kesehatan dan ekonomi.
Yang di persoalkan adalah persoalan tentang harga diri bangsa Papua
Barat, yang di injak-injak oleh Indonesia, Amerika, Belanda dan PBB pada
1969.
Upaya anda untuk merendam isu Papua
Merdeka yang kini sudah mengkristal dan mendunia, melalui pendekatan
sosial bakti di atas sangat tidak relevan bagi dewasa ini. Anda boleh
merubah warna kulit dari bangsa Papua tetapi anda sampai kapanpun tidak
dapat meruba ideology rakyat bangsa Papua Barat. Sebab yang namanya
ideology tentang Papua Merdeka tidak dapat di ajarkan di sekolah –
sekolah anda, ideology Papua Merdeka itu bertumbuh secara alamia.
Kedua, Kepada Pimpinan Gereja
Gereja–Gereja di Papua terutama gereja
GIDI, GKII, GKI, KATOLIK segera hentikan kerja sama dengan militer NKRI
dan menolak kunjungan Pangdam dan Kapolda ke gereja atau jemaat anda.
Tarket utama Negara melalui TNI-Polri adalah membumi hanguskan Aktivist
Papua Merdeka, TPN-PB, dan warga sipil yang berseberangan ideology
dengan NKRI, kemudian mereka akan menguasai dan mendudki wilayah Papua.
Mereka yang tarket Negara adalah
bukanlah hewan liar yang musti di buruh dan di binasakan namun, mereka
adalah Umat Tuhan, maka gereja punya tanggung jawab untuk memberikan
perlindungan bagi dombanya, bukannya seperti ibarat pagar makan tanaman.
Jika gereja tidak memberikan
perlindungan kepada warga gereja lalu mendukung TNI-Polri untuk membunuh
Umat Tuhan di Papua Barat, maka gereja adalah Musu Abadi Aktivist Papua
Merdeka, TPN-PB, dan rakyat bangsa Papua Barat, dan TPN-PB menjadikan
status Pimpinan gereja-gereja di seluruh tanah Papua sebagai DPO.
Ketiga, Kepada Barisan Merah Puti, Ramses Ohee
Saudara Ketua Barisan Merah Puti Papua,
Ramses Ohee segera hentikan actionmu yang meresakan warga sipil Papua.
Actionmu selama 7 tahun sangat meresahkan warga. Untuk lebih jelas
action BMP, Klik disini. http://www.malanesia.com/2013/02/milisi-barisan-merah-putih-beraksi-di.html
Kami juga memberitahukan anda bahwa
jangan pernah bermimpi setelah anda menjabat sebagai BPP BMP, anda akan
mendapat sebuah penghargaan dari NKRI.
NKRI tidak membutuhkan orang seperti
Ramses Ohee, karena anda menjabat ketua BMP Papua bukan karena anda
pintar, karena kebodohanmu, kemalasanmu, ketidak mampuanmu, melatar
belakangi anda mencari makan dengan cara yang haram.
Bicara Papua Merdeka berarti bicara
kebenaran, bicara kebenaran berarti bicara Firman Tuhan. Anda yang
bermain-main dengan tanah Papua maka tahun hidupmu diperpendek Tuhan.
Gerakan milisi yang didirikan oleh Mayjen Burhanuddin Siagian DANDREM
Jayapura, pada tanggal 6 Juli tahun 2007, di Auditorium KOREM 1702 di
Jayapura Papua, Adalah organisasi yang bertentangan dengan perjuangan
suci rakyat Bangsa Papua.
Pemerintah NKRI dan Burhanuddin Siagian
punya tarket, jika anda gagal satu detik, anda yang akan mati duluan
lalu para pengikutmu akan menyusul tapi kalau anda tidak mati maka anda
akan segera mengikuti jejak Ericho Queters cs.
Catatan:
Kepada gerakan Milisi BMP, Tokoh Agama,
Tokoh Adat, dan Semua organisasi lain yang sifatnya menentang perjuangan
suci Rakyat Bangsa Papua Barat, yang di perjuangkan oleh TPN-PB bahwa
“Ada waktu untuk anda bertobat, jika anda tidak bertobat lalu melakukan
perlawanan terus menerus terhadap perjuangan suci rakyat bangsa Papua
maka anda akan menghadapi dua musuh besar di antaranya :
1. Musuh pertama Anda adalah NKRI yang
sedang piara anda sekarang. Anda dan gerakan anda ibarat orang piara
ternak babi, jika babi itu sudah besar di potong untuk di jual atau
makan.
2. Musuh kedua anda adalah TPN-PB dan Rakyat Bangsa Papua Barat. Silakan lihat pada link ini : http://www.wpnla.net/daftar-black-list/wanted-pro-nkri/.
Mau atau tidak, suka atau tidak suka anda Barisannya akan menghadapi dua musuh tersebut di atas dan itu tentu.
by Erick Suhun
Admin WPNLA 2013-03
Sumber: www.wpnla.ne
No comments:
Post a Comment