I. Ulasan
Sejarah Kapitalis Masuk Di Papua
Pada awalnya
pulau yang terangkat dari lautan yang sangat dalam serta terakumulasi dengan
bebatuan sedimen north coastal Australia dan di atas permukaannya ditumbuhi dan
didiami berbagai spesies endemik flora
dan fauna serta ditutupi udara yang bersalju putih abadi kini dicemari, dipunahkan
dan dieksploitasi oleh negara kapitalis Amerika dan sekutunya.
Sebelum negara
kapitalis itu datang ke sanah, beberapa negara yang pernah kunjungi kesanah
yaitu seperti, spanyol dan portugis serta belanda melalui misi pekabaran injil-nya,
sehingga mereka berinama pulau itu dengan konsep dan pengamatan mereka sendiri,
seperti ekspedisi spanyol sebut: Noeva Guinea, belanda sebut: nederland new
guinea, indonesia sebut: irian barat (bahasa byak). Tak heran itu semuanya
adalah bermuara pada kepentingan ekonomi yang ada di pulau yang disebut
paradise yang hilang itu.
Orang
yang pertama ekspedisi di kawasan gunung es adalah
J.J.Dozy geolog muda berkebangsaan belanda sejak tahun 1936, dan
hasilnya
dilaporkan kepada geologi senior di Belanda dan negara-negara kapitalis
melalui
kajian ilmiahnya, pada akhirnya dilanjutkan investigasi oleh kelompok
geolog Belanda dan beberapa orang indonesia yang dipimpin oleh Forbes
Wilson
(1960-1963) sejak saat itulah awal masuknya agen penipuan, agen
pencemar, agen
pemusnah, dan agen pelanggaran Hak asasi manusia terjadi.
Tidak salah jika
Orang papua yang punya tanah serta seluruh isi di dalamnya menyuarakan negara
kapitalis amerika serta sekutunya melalui hubungan bilateral dengan Indonesia
adalah salah satu agen terbesar yang dapat mencemarkan lingkungan alam dan
mempunahkan flora-faunanya, bahkan sampai sebagian besar manusia berrumpun
melanesia dipunahkan melalui praktekl-praktek pelanggaran hak asasi manusia
(HAM) tanpa mitigasi dan mensejahterakan orang asli Papua (oap) dari sejak awal masuknya
ekploitasi tahun 1967 sebelum dilakukan penentuan pendapat rakyat (PEPERA)
TAHUN 1969 yang penuh manipulatif dan militeristik.
II.
Suara
Derita Suku Amugme-Kamoro dan 5 Suku Di
Papua
Mulai sejak
tahun 1960-an sampai saat ini, suku yang punya saham terbesar di dunia melalui
indonesia dengan negara kapitalis amerika ini, sering distigmai dengan “bodoh,
tidak tahu mandi, TPN-OPM separatis bahkan sampai dipunahkan melalui
praktek-praktek pelanggaran hak asasi manusia dan segala sendi hidup juga
dihalangi sampai saat ini.”
Sekarang, suara
orang papua tidak didengar serius oleh oknum yang sering disebut sebagai
perlindungan dan pembebasan bagi masyarakat pribumi sebagai bagian dari
masyarakat pribumi Internasional, pada tahun 2006 Yale University melaporkan
sebagian besar orang papua sudah punah selama Indonesia menguasai papua menjadi
sebuah propinsinya.
Tetapi,
sayangnya oknum-oknum yang bicara kemanusian seperti itu, belum dilihat
implementasinya, sehingga sampai saat ini “suara derita orang papua” belum
berhenti, malah lebih terus dilakukan pelanggaran dan ekpansi daerah
penambangan dan penebangan ilegal sebagai sumber pencemar lingkungan dan
pemusnah flora, fauna termasuk manusia.
III.
Mengapa
Suara Derita Amugme-kamoro, 5 Suku dan Orang Papua Belum Berhenti.....?
Dari dahulu orang Amugme yang pertama
menerima orang asing dapat ditipu oleh kelompok investigasi gunung emas dan
tembaga dibawa pimpinan Forbes Wilson (1960-1963) melalui gula-gula atau korekapi,
dan kerja penanaman buah pohon mangga.
A-JFLG-Papua
sedang merasa tipu dayanya kelompok investigasi tadi melalui barang yang kita
sebut sekarang korekapi dan gula-gula kecil ini. Seharusnya suara derita
masyarakat papua yang tidak berhenti ini dipertanggungjawabkan, tetapi tidak,
karena negara kapitalis merasa bahwa melalui kata gula-gula tadi terbayar lunas
untuk eksploitasi gunung emas dan tembaga terbesar di dunia itu.
Sekarang, embrionya
dari gula-gula dan korekapi terlahir miliyaran dollar pelanggaran HAM, penghancuran
lingkungan, menjadikan daerah rebutan dan menjadi lapangan operasi militer pada
masa lalu sampai saat ini.
Ada beberapa
sebab munculnya suara derita orang Amugme-Kamoro, 5 suku pegunungan tengah
serta orang papua umumnya, yaitu :
1. Penipuan
kapitalis pada masa lalu (tahun 1960-an)
2. Tidak
mensejahterakan suku-suku yang mendiami di area lisensi pertambangan PT.FI
3. Tidak
pernah meprioritaskan sumber daya manusia dalam bidang pendidikan
4. Tidak
serius menangani mitigasi terhadap lingkungan
5. Menjadikan
daerah ekspansi (rebutan) penambangan negara kapitalis dan indonesia
6. Menjadikan
lapangan operasi militer indonesia, dan lain sebagainya
IV.
Siapa
Yang Menghentikan Suara Derita Suku Amugme-Kamoro, 5 Suku dan Orang Papua......
?
Menurut saya A-JFLG-Papua : tidak ada pihak lain
yang datang menghentikan suara derita kalian. Karena pemimpin negara kolonial
dan negara kapitalis yang ada di papua tidak pernah ada serius untuk
menghentikan suara derita masyarakat, hanya sering menjadi janji-janji tipu
untuk mencari kepentingan sesaat, seperti yang pernah ditipu oleh orang asing dan
indonesia pada masa lalu (tahun 60-an).
Sekelompok
intelektual papua yang disebut orang-orang terpelajar, mempromosikan tentang
pencanangan pembangunan kesejahteraan manusia papua dan daerah terisolir,
melalui visi sentral yang diusung oleh gubernur papua dan wakil gubernur papua
2013-2018, yaitu “ papua mandiri dan sejahtera,” tema ini bagus bila
diwujudkan. Tetapi sayangnya yang menjadi pertanyaan adalah apakah melalui
diimplementasinya untuk menghentikan “suara derita rakyat-nya....? ” atau akankah
menjadi janji tipu seperti Forbes Wilson pada masa lalu (tahun 1960-an).....?.
Itulah pertanyaan dan renungan dari masyarakatnya.
Masyarakat 7
suku dan suku-suku lain di papua sedang menungguh pengharapan yang dapat
menghentikan suara derita mereka, dan saat ini masyarakat sedang disadarkan
oleh isu kampanye dari sekelompok orang yang sering disebut dengan kelompok
membangun kepentingan diri, bahwa orang pegunungan tengah papua yang pertama
kali menjadi gubernur papua akan membawa masyarakatnya ke perahu visi-nya yaitu
“papua mandiri dan sejahtera.” Tetapi itu
semua dukungan pembangunan berkelanjutan dari negara kolonial indonesia agar
mencapai kemakmuran rakyat.
Suara dari A-JFLG-Papua : masyarakat Amugme-Kamoro, 5 suku pegunungan
tengah dan orang papua umumnya menungguh gubernur papua dan wakil gubernur
papua yang dapat menyelesaikan masalah PT.Freeport Indonesia bahkan sampai papua
merderka. Pesan A-JFLG-Papua untuk gubernur dan wakil gubernur (LUKMEN), ingat
“sekali gubernur orang pegunungan tengah papua dan sekali untuk memperjuangkan
penentuan nasib sendiri demi generasi depan di tanah melanesia.
Pada umumnya
masyarakat papua membutuhkan perlindungan dan pembebasan dan bukan meminta
pembangunan yang bernuasa pendekatan markas militer, ekonomi dan kesejahteraan.
Kalau bisah lebih prioritaskan sumber daya manusia dalam bidang pendidikan
bahkan sampai membawah diskusi bersama dengan pemerintah indonesia yang
dimediasi oleh pihak internasional.
Penulis : Demi
Nawipa Actor Journey For Learn Geology
Papua (A-JFL-Papua), Yogyakarta, 14 April 2013Sumber: http://www.malanesia.com/2013/04/a-jflg-papua-agen-pencemar-lingkungan.html?utm_source=feedburner&utm_medium=feed&utm_campaign=Feed%3A+malanesia%2FHMnf+%28MALANESIA-POS%29
No comments:
Post a Comment