Sesepuh Papua di Yogyakarta, Leczhy Degey (Foto: Prabowo/Okezone)
"Mahasiswa Papua tidak akan menyakiti kalau tidak disakiti. Saya sebagai kakak senior dari adik-adik saya di Yogyakarta sudah mendengar langsung 'musibah' yang terjadi," kata Leczhy di Makorem 072 Pamungkas Yogyakarta, Senin (6/5/2013).
Leczhy mengaku, empat orang pelaku dalam pengaruh minuman keras sebelum terjadi pengeroyokan. Kemudian mereka tidur di teras depan minimarket tersebut.
Sekira pukul 09.00 WIB pagi, empat pelaku dibangunkan dua prajurit Batalyon Infanteri 403 Yogyakarta dengan cara ditendang.
Dua prajurit TNI AD itu meminta empat mahasiswa asal Indonesia Timur tersebut membayar kekurangan saat berbelanja di minimarket.
"Kekurangannya Rp36 ribu, kemudian dikasih Rp35 ribu kurang seribu rupiah. Terjadilah percek-cokan hingga akhirnya penganiayaan. Adik-adik kami enggak tau dua rekan kita (korban) merupakan prajurit TNI, apalagi mereka berpakaian preman. Kalau mengetahui mereka prajurit, adik-adik kami tidak akan berbuat seperti itu," katanya.
Dia menempis melakukan pelemparan batu mengenai wajah salah satu prajurit TNI. Luka lebam itu akibat dipukul dengan kepalan tangan kosong.
"Adik-adik saya tidak ada yang memukul menggunakan batu, tetapi tangan kosong dengan kepalan tangan memukul kawan kita (korban; Praka Baltasar Lermatan)," ujarnya.
Leczhy mengakui hanya dua dari empat pelaku yang terlibat. Dia meminta agar kasus ini diselesaikan secara kekeluargan.
Sementara itu Komandan Korem 072/Pamungkas, Brigjen TNI AD Adi Wijaya, mengatakan, kasus itu sudah ditangani petugas Polres Sleman. Pihaknya meminta sesepuh Papua di Yogyakarta tetap menghormati proses hukum yang dilakukan pihak Kepolisian.
"Sekarang ini masih dimintai keterangan. Lebih baik di Polres Sleman karena lebih aman di sana," paparnya.
No comments:
Post a Comment