<div style='background-color: none transparent;'></div>
Home » » Membasmi Aktivis Papua, Pemerintah RI Terapkan Sistem “Operasi Gerilya”

Membasmi Aktivis Papua, Pemerintah RI Terapkan Sistem “Operasi Gerilya”

Pengakuan Anggota TNI Terhadap Fanny Kogoya

Presiden RI, Susilo Bambang Yudohyona – Boediono Menerapkan Sistem “Operasi Gerilya” di Papua
http://papuapost.com/wp-content/uploads/2012/06/MAKO.jpg
Tuan Mako Tabuni yang dibunuh Muliter Indonesia. Foto: Google
Jayapura,– Pada hari Rabu, tanggal 23/10/2012 Pukul 15.20 Waktu West Papua, bertepatan pada demonstrasi Nasional KNPB di seluruh Tanah Papua Barat, Saya (FK) bertemu salah seorang anggota TNI yang bertugas di Papua. Anggota TNI yang tidak mau disebutkan nama dan inisialnya tetapi anggota TNI tersebut bersedia menyebutkan status pekerjaannya sebagai seorang anggota TNI di salah satu wilayah di Papua.
Anggota TNI tersebut memberi sejumlah informasi tentang strategi Negara Indonesia ( Militer Indonesia) untuk menghabiskan sejumlah pejuang dan juga orang asli West Papua yang ada di Rimba/Hutan, di Kota-kota, Kampung-kampung dan juga yang berada dimana saja termasuk yang berada di Luar Negeri.
Menurut anggota TNI tersebut bahwa rencana Negara Indonesia untuk menghabiskan seluruh pejuang dan juga manusia West Papua tanpa terkecuali dengan menggunakan berbagai strategi operasi yaitu dari sejak Integrasi West Papua ke NKRI pada tahun 1960 atau setelah melaksanakan PEPERA 1969 di West Papua.
Menurut anggota TNI tersebut bahwa kalau dahulu tahun 1960an – 2000 an sebelum Susilo Bambang Yudoyono (SBY) menjadi Presiden Indonesia, Negara Indonesia (Militer Indonesia) melakukan operasi di Papua Barat dengan berbagai nama operasi yaitu: Operasi Wisnumurti I dan II ; Operasi Tumpas, Operasi Koteka, Operasi Sadar I-IV; Operasi Wibawa I-IV; Operasi Brata Yudha; Operasi Pasca Pembebasan Sandera Mapnduma; Operasi Penyisiran Masyarakat Sipil seperti Abepura 2000 dan Wasior 2001; serta beberapa Operasi Intelegent lainnya.
Sedangkan sekarang di Jaman atau masa kePresidenan Susilo Bambang Yudoyono (SBY)-Boediono telah mensahkan satu nama operasi untuk Papua Barat yaitu “OPERASI GERILYA”dengan Motto” HILANG JANGAN TANYA”. Motto ini berlaku bagi pelaku Operasi Gerilya (Densus 88, Kopasus, Intelegent, Pangdam, Polda) dan juga semua pihak yang sedang melaksanakan Operasi Gerilya di West Papua. HILANG JANGAN TANYA berarti jika pihak Densus 88, Kopasus, Intelegent, Pangdam, Polda hilang/dibunuh dalam melaksanakan operasi Gerilya oleh kelompok lain maka isteri dan anak mereka (D88, Kopasus, Intelegent, Polisi) adalah menjadi tanggungjawab Negara dan pemerintah Indonesia akan senantiasa memberikan jaminan kehidupan. HILANG JANGAN TANYA memiliki makna bahwa jika ada manusia Papua Barat yang hilang maka jangan tanya, karena penghilangan manusia Papua Barat yang dilakukan atas nama Negara adalah bagian dari KEHARUSAN D88 , KOPASUS dan Militer Indonesia demi NKRI.
OPERASI GERILYA sedang berlangsung atau diterapkan di West Papua dengan strategi kerja UMUM dan KHUSUS atau operasi DALAM dan LUAR.
Karakter Operasi Gerilya (OG) adalah West Papua sedang dipandang dan diposisikan sebagai wilayah/ daerah perang maka semua kekuatan perang Indonesia baik peralatan2 perang dan juga jumlah pasukan Militer Indonesia secara Organik maupun Non-Organik sudah dan sedang berada di seluruh Papua Barat dari Sorong sampai Samarai. Sehingga OG mempunyai karakter yang lebih keras adalah “KETEMU ORANG PAPUA BARAT LANGSUNG BABAT/BUNUH“ artinya: Tembak, Culik, Hilangkan, Tangkap dan siksa. Tindakan OG sedang berlaku bagi semua activist Papua Merdeka Spt KNPB, Tokoh-tokoh Gereja seperti Pdt. Dr Benny Giay, Pdt Ndumma Socratez Sofyan Yoman, Pater Dr. Neles Tebay, Tokoh Adat, Pekerjaan LSM, Para Pengacara, Pecinta Lingkungan, Jurnalist Indepent, Tokoh Perempuan, dan semua orang Papua Barat bahkan kepada semua pegawai /pejabat Papua yang sedang bekerja sebagai Pekerja Indonesia.
Menurut TNI yang tidak mau disebutkan namanya itu bahwa pembunuhan Ketua I Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Musa Mako Tabuni pada tanggal 13 Juni 2012 adalah bagian dari Operasi Gerilya yang diperintahkan oleh Presiden SBY, Kepala BIN, Pangdam, MengkoPolhukam dan petinggi Indonesia lainnya kepada Densus 88 dan Kopasus serta Pangdam dan Polda Papua.
Menurut anggota TNI itu bahwa daerah pengamanan atau daerah darurat militer Indonesia untuk wilayah Jayapura adalah nomor 1 berlokasi di daerah Waena dan nomor 2 adalah daerah Kerom/Perbatasan PNG-Indonesia dan daerah 3 di kota Abe dan Daerah operasi 4 adalah Daerah Sentani, Jayapura kota dan Angkasa.
Menurut anggota TNI itu bahwa semua jaringan telpon/Telkom sudah diambil alih oleh seluruh pasukan D88. Pantauan sedang dilakukan dengan menggunakan peralatan canggih yang dibantu oleh Negara-Negara Luar. Penggunaan alat-alat penyadap itu akan dipakai oleh D88 sama seperti penanganan terorisme di Jawa-Bali atau di dunia lain. Sehingga komunikasi semua orang Papua Barat dalam pantauan militer Indonesia.
Anggota TNI tersebut juga mengatakan bahwa D88 dan Kopasus juga telah membagikan alat-alat canggih/alat penyadap seperti bolpen, jam tangan, kaca mata, tape record, dan beberapa alat lain kepada orang Papua Barat yang menjadi Barisan Merah putih atau milisi Indonesia atau menyamar menjadi seperti aktivis HAM untuk bergabung dengan kelompok-kelompok pro Kemerdekaan dan menyadap semua informasi ditempat-tempat rapat/pertemuan-pertemuan. Propagganda intelegent atau perekrutan mahasiswa/pemuda Papua Barat ini adalah untuk menciptakan politik adu domba (devide et impera).
Menurut anggota TNI itu bahwa semua komando operasi di Papua Barat saat ini sudah diambil alih oleh pihak Densus 88 dan juga pihak Kopasus Indonesia, dan selain pihak Densus 88 dan Kopasus pihak TNI dan Polri di Papua juga telah membentuk nama Tim khusus dengan masing-masing kesatuan.

Anggota TNI itu juga menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Susilo Bambang Yudoyono-Boediono dengan perangkatnya MengkoPolhukam, Paglima, Kapolri, Kepala BIN, Kepala Densus 88 saat ini telah mengirim sangat banyak Pasukan Non Organik (Intelegent) sebanyak 1000 untuk Kota Jayapura, dan kota/Kabupaten lain di Papua juga memiliki jumlah yang berbeda-beda. Pasukan Non organic 1000 ini tidak termasuk intel-intel resmi yang sudah berada di Papua sejak dulu melalui kesatuan masing-masing. Intel Non Organik yang baru dikirim ke Papua itu sedang bekerja di Papua dengan berbagai pekerjaan misalnya: Ada intel yang sedang menjadi tukang ojek disetiap pangkalan-pangkalan ojek, sopir-sopir taksi dalam kota dan juga sopir taksi Air port, penjual Voucher, penjual sayur menggunakan motor, penjual bakso di jalan2 , penjual es crim, penjual pakaian di jalan2 maupun di Pasar, penjual Garding antar rumah, pemulung sampah, tukang perbaiki sepatu antar rumah, tukang jual ikan dengan motor maupun di Pasar, menjual nasi goreng, menjual Nasi pakai tenda biru/pecel pada sore-malam hari, penjual rujak/buah-buah di jalan-jalan, tempat-tempat foto kopy, menjadi Mahasiswa baru di Kampus-kampus, menjadi koki di rumah-rumah makan, menjadi pekerja di Hotel-hotel, menjadi security di rumah sakit, penjual tiket di agent-agent pesat Udara maupun kapal Laut, menjadi wartawan di media cetak dan elektronik, penjual perhiasan atau cincin dan gelang dijalan-jalan, penjual balon-balon gas di tempat-tempat umum, penjual air gallon, penjaga tokoh di mall2, penjaga warung internet dan masih sangat banyak penyamaran para intelegent non organic di Jayapura secara khusus dan Papua secara umum.

Menurut TNI itu bahwa D88 juga telah memasang CCTV dibeberapa tempat di Kota Jayapura dan juga diseluruh Kota Kabupaten di Papua, misalnya di waena perumnas 3 di depan salah satu tokoh dekat pos polisi (di tempat Ketua KNPB I Musa Mako Tabuni ditembak) , pihak D88 dan Kopasus telah memasang CCTV. Selain itu disetiap warung-warung internet di Jayapura juga telah dipasang alat penyadap untuk deteksi setiap aktivistas para aktivis di warnet. Dan pihak operator /penjaga warnet di Jayapura atau kota lain di Papua telah kerjasama dengan pihak D88.
Menurut anggota TNI itu bahwa selain penambahan non organic, pasukan organic juga telah bertambah jumlah baik disetiap batalyon, korem, Zipur, Danramil dan juga dalam kesatuan kepolisian dengan jumlah yang sangat banyak.
Menurut anggota TNI bahwa para Densus 88 dan Kopasus yang sudah datang ke Papua itu mereka (D88 dan Kopasus) datang dari Jakarta dengan peralatan lengkap. Jadi mereka juga membawa mobil sangat banyak dari Jakarta, dan dalam mobil mereka sudah menyiapkan senjata/AK lipat dan densus 88 memasang antena (penyadap) GSP, sehingga hampir seluruh kota Jayapura baik di gang-gang/jalan-jalan sedang dikuasai oleh D88 dan juga Kopasus bersama pasukan gabungan lain yang berada di Papua.
Anggota TNI itu juga menjelaskan bahwa ada beberapa titik kumpul atau tempat tinggal Densus 88 dan Kopasus di kota Jayapura adalah di daerah Kerom, di Tanah Hitam (di belakang Multi Grosir ), di belakang terminal Ekspo Waena, di Sentani, dan di Angkasa. Di Ifar Gunung Sentani saat ini ada 2000 anggota TNI yang sedang mengikuti pelatihan /pendidikan militer.
Setelah anggota TNI itu membagi semua informasi tentang Operasi Gerilya (OG) di Papua Barat, dia (TNI) mengatakan tentang kejahatan Negara yang sedang dialami oleh dirinya. Bahwa dirinya bersama teman-temannya(anggota TNI) yang berasal dari Papua Barat sering dianak tirikan /atau di nomor dua (2)kan oleh teman-teman anggota TNI non Papua /atau pimpinan (Komandan) mereka. Sekalipun mereka (TNI) sudah mengabdi sangat lama terhadap Negara Indonesia tetap dalam mendapat jabatan dan pangkat selalu dihambat dan tidak diprioritaskan.
Pengakuan TNI tersebut bahwa, Negara Indonesia bersama militernya seperti “anjing gila/layaknya seperti babi” karena mereka (militer/pemerintah Indonesia) telinga tuli, mata buta yang tidak pernah sadar atas kejahatan yang dibuat oleh mereka (militer Indonesia) terhadap orang West Papua. Sehingga kadang-kadang saya (TNI) sangat emosi/ marah sekali terhadap Negara Indonesia, tetapi karena saya (TNI) sehingga saya tidak bisa melawan, (TNI) dapat perintah dari komandan selalu siap laksanakan padahal semua hal yang saya (TNI) kerjakan adalah bertentangan dengan hati nurani. Jadi suatu ketika bangsa Indonesia ini akan mendapat hukuman besar dari bangsa-bangsa lain.
Menurut anggota TNI, saat ini banyak sekali dana/anggaran untuk Operasi Gerilya (OG) yang sudah dianggarkan oleh Pemerintah Indonesia. Dan kesatuan dari berbagai Tim juga telah dibentuk dengan tujuan mereka untuk berlomba-lomba menjadikan para aktivis Papua Merdeka seperti KNPB adalah sebagai terorisme /perakit Bom. Sehingga para aktivis diberi DPO dan juga target untuk dimusnahkan. Jadi sekarang OG ini juga bagian dari bisnis militer yang sangat besar.
TNI itu menambahkan bahwa mereka (D88, Kopasus dan pasukan lainnya) juga telah membuat jaringan masing-masing terhadap (orang Papua Asli) sebagai informan aktif. Informan ditawarkan harga/pembayaran per/sms senilai Rp 2.000.000. Jadi disetiap kehidupan orang Papua Barat hari ini sedang merajalelah aktivitas militer Indonesia.
TNI itu menambahkan bahwa FK sebaiknya potong rambut gimbal itu, dan juga pesan kepada kawan-kawan FK supaya potong rambut gimbal segera. Karena pihak D88 dan Kopasus tidak akan membiarkan kalian dengan rambut gimbal. Militer (D88 dan Kopasus) telah mengidentifikasi ciri-ciri kalian (FK dkk) yang berambut gimbal sebagai pemberontak/ Melawan Negara Indonesia, sehingga mereka bisa menculik, menembak kalian kapan saja.
PENGAKUAN TNI SELESAI !!!
Kepada seluruh kawan-kawan jaringan 
sumber: http://eminews.blog.com/2012/11/07/membasmi-aktivis-papua-pemerintah-terapkan-sisten-operasi-gerilya/
Share this article :

No comments:

 
Copyright © 2011. Tuan Tanah Papua News . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger